Uji Nyali Memulai Bisnis
Kita semua tahu, hidup cuma sekali. Tapi kenapa banyak orang justru menjalaninya seperti takut salah langkah? Seolah-olah menunggu hidup sempurna dulu, baru berani melangkah. Seolah harus punya semua jawaban dulu, baru bisa mulai perjalanan. Padahal, waktu tak menunggu kesiapan. Diam terlalu lama justru bisa jadi risiko paling besar, karena saat kita ragu, orang lain sudah jauh di depan.
Penghalang Utama Memulai Bisnis
Ada orang yang bertahun-tahun ingin buka usaha tapi terus menunda karena takut gagal. Ada yang ingin pindah kerja karena tidak bahagia, tapi terlalu nyaman di zona aman. Ada juga yang tahu dirinya mampu, tapi tidak berani mendaftar beasiswa, naik jabatan, atau sekadar tampil di forum umum. Semua karena satu hal: takut.
Padahal, keberanian bukan soal nekat. Keberanian adalah nyali untuk mengambil risiko secara terukur. Kita tidak disuruh melompat ke jurang, tapi diminta menghitung pijakan sebelum melangkah lebih jauh. Risiko dalam hidup dan bisnis tetap ada, tapi bisa dihitung dan dikelola.
Berani Saja tak Cukup, Ilmu dan Mentor adalah Kunci
Dalam dunia bisnis, banyak pelaku UMKM yang memulai dengan modal keberanian. Tapi yang bertahan dan tumbuh adalah mereka yang belajar terus-menerus: belajar membaca pasar, membenahi keuangan, membentuk tim yang bisa diandalkan. Ambil contoh pengusaha makanan kecil yang tak hanya mengandalkan rasa enak, tapi juga belajar digital marketing, ikut pelatihan, berani naikkan harga, dan memperluas pasar. Setiap langkahnya mengandung risiko, tapi karena ia menakar dan bertindak dengan ilmu, langkah itu membuahkan hasil.
Risiko juga hadir dalam kehidupan pribadi. Ketika harus memilih antara bertahan atau melepaskan, antara pindah atau tetap, antara memulai atau menunggu. Sering kali, kita lebih memilih diam karena takut. Tapi diam tak selalu aman. Diam bisa berarti stagnan, menyia-nyiakan peluang. Ustaz Salim A. Fillah pernah bilang, "Berani hidup itu bukan berarti nggak takut, tapi tetap bergerak walau takut." Dan Imam Syafi’i berkata, “Jika kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.”
Kita hidup di era peluang. Tapi sebanyak apapun peluang, jika hanya ditonton tanpa aksi, tetaplah nol. Islam pun mengajarkan ikhtiar maksimal. Nabi Muhammad SAW saat hijrah tidak asal berangkat. Beliau merancang strategi, menyusun logistik, dan memilih waktu yang tepat. Itu bukti bahwa pengambilan risiko yang bijak adalah bagian dari sunnah. Setiap hari usia kita berkurang. Kalau waktu hanya diisi dengan rebahan sambil scroll media sosial, tanpa gerakan menuju perbaikan hidup, maka kita sedang mundur pelan-pelan. Seperti kapal yang tidak pernah berlayar, kelihatannya aman, tapi diam-diam mulai lapuk.
Hidup ini cuma sekali. Tapi peluangnya datang berkali-kali. Kita harus belajar mengenali, menjemput, dan menindaklanjutinya. Jangan tunggu semuanya sempurna. Karena sempurna itu mitos. Yang nyata adalah proses dan konsistensi. Sering kita dengar, “Nanti aja deh, belum siap.” Tapi ‘nanti’ sering berubah jadi ‘nggak jadi.’ Dalam dunia startup, banyak investor lebih memilih tim yang bisa mengeksekusi dengan berani daripada tim yang hanya punya ide hebat. Eksekusi lebih penting daripada wacana.
Di dunia kerja pun banyak yang stagnan karena takut ambil tanggung jawab. Padahal, kalau tidak dicoba, kapan lagi naik kelas? Gagal pun masih bisa jadi pelajaran. Jack Ma pernah bilang, “Gagal itu bagian dari proses menemukan cara yang benar.” Dan Allah dalam Al-Qur’an berfirman, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah dirinya sendiri.” Jangan salah, tidak mengambil keputusan apa pun juga adalah keputusan, dan sering kali, itu keputusan paling merugikan. Maka, agar tidak terjebak ketakutan, bangun sistem dukungan: punya mentor, komunitas, teman seperjalanan. Ketakutan akan mengecil saat dibagi, bukan dipendam sendiri.
Hidup cuma sekali. Nyali bukan sekadar soal berani, tapi tentang tanggung jawab terhadap hidup yang sedang kita jalani. Orang sukses pun pernah takut, tapi mereka tetap melangkah. Meski pelan, tapi terus. Kalau sedang menimbang langkah besar, entah mulai usaha, lanjut kuliah, pindah kota, ambil peran baru, tanyakan pada diri sendiri: Apakah aku mau menyesal nanti hanya karena terlalu takut sekarang?
Ambil risiko, tapi dengan hitungan. Belajar dulu, siapkan sistem, cari mentor, dan mulai dari yang kecil. Karena keberanian yang bijak membawa hasil yang panjang. Jatuh itu sakit, tapi diam juga menyakitkan. Bedanya, yang jatuh bisa bangkit. Yang diam, hanya bisa menyesal. Setiap hari adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa kita punya nyali. Dan nyali sejati adalah keberanian untuk tetap bergerak, meski tidak sempurna. Karena hidup ini, memang cuma sekali. Maka jangan sampai dijalani tanpa nyali.
---
#ceritabisnis
Ditulis dengan lengkap oleh Facebook Pecah Telur
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik.